KLINIK INDUSTRI SEBAGAI WADAH HILIRISASI RISET PRODUK MATCHING FUND UNTUK MENDUKUNG TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Klinik Industri merupakan wadah hilirisasi riset produk aluminium untuk mendukung tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang didesain dengan melibatkan industri, perguruan tinggi dan pemerintah. Industri yang terlibat dalam Klinik Industri ini antara lain IKM CV. C-Maxi, BUMN PT Industri Kereta Api (INKA) dan PT. Inka Multi Solusi (IMS), Perguruan Tinggi yang terlibat dalam hal ini Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta, serta Pemerintah yang terlibat adalah Kemendikbud melalui program Kedaireka Matching Fund. Tim pelaksana kegiatan ini terdiri atas Dr. Ir. Mujiyono, M.T., IPU., Dr. Apri Nuryanto, M.T., Prof. Dr. Eng. Ir. Didik Nurhadiyanto, M.T., IPU., Dr. Ir. Heri Wibowo, M.T., dan Prof. Setyabudi Indartono, MM., Ph.D. Program ini diawali dengan pelaksanaan focus group discussion (FGD) yang membahas model Kerjasama yang saling menguntungkan dalam konsep klinik industry pada Rabu (19/10).

Sumber daya yang diperlukan dalam program ini berupa komitmen in-cash/in-kind dari mitra Industri, Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Sumber Daya Manusia (SDM) dari Perguruan Tinggi, serta dukungan program Matching Fund dari Pemerintah.

Gambar: Skema Interelasi Program

Ruang lingkup ini sangat memungkinkan adanya simbiosis mutualisme antar pihak. Program Klinik Industri dikembangkan untuk dapat mencapai output berupa peningkatkan daya saing IKM, mendukung pencapaian 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, serta meningkatkan tingkat komponen dalam negeri yang muaranya memberikan dampak pertumbuhan ekonomi bagi Pemerintah. Diharapkan program Klinik Industri ini akan mendatangkan keuntungan ekonomis bagi mitra, serta dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat lainnya untuk membuka usaha baru atau mengembangkan usaha di bidang manufaktur.

Klinik industri mendukung peningkatan ekosistem Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dimana mahasiswa dapat melakukan praktek kerja lapangan, magang, membuat skripsi, membuat tugas akhir, berlatih kewirausahaan, sehingga dapat menjadi pembelajaran terhadap mahasiswa dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada di industri cor alumunium serta dapat memberikan alternative solusi pemecahan masalah. Selain itu, dosen dapat menerapkan hasil penelitian atau penerapan rekayasa peralatan untuk dipergunakan industri dalam agar semakin efisien, sesuai standar dan kompetitif.

Ketua Tim Matching Fund Dr. Ir. Mujiyono, M.T., IPU mengatakan bahwa dengan adanya klinik industri ini diharapkan nantinya semua pihak sehat bersama. “Melalui klinik industri, dunia akademik semakin tinggi peluang untuk mencapai IKU khususnya dosen berkegiatan di industri, mahasiswa mendapatkan tempat magang, membuat proyek akhir, skripsi dan pengalaman langsung menyelesaikan permasalahan industri,” sambung Mujiyono saat memberikan pengantar diskusi.

Industri kecil menengah (IKM) akan memperoleh keuntungan dari penerapan hasil riset dan pengembangan produk yang dilakukan oleh dunia akademik (kampus). Dunia industri dapat pula berbagi pengalamannya selaku praktisi ke kampus Universitas Negeri Yogyakarta agar pengalaman baik dan kesuksesannya dapat memotivasi mahasiswa termasuk Dosen untuk mengembangkan kemampuan berinovasi dan berwirausaha.

Tharek Bangkit Cahyana, Direktur CV. C-Maxi Alloycast berharap melalui klinik industri yang diinisiasi oleh UNY, IKM-nya dapat mengembangkan produk cor aluminium menjadi lebih efisien, terstandar dan kompetitif berdasarkan rekomendasi hasil penelitian dan pengembangan produk yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. “Kualitas produk cor aluminium yang semakin baik merupakan bekal utama untuk menjadi vendor resmi PT. Inka Multi Solusi sehingga meningkatkan TKDN kereta api”, Tambah Tharek.

PT. INKA dan PT IMS menyambut baik dengan inisiasi klinik industri yang melibatkan Kerjasama triple helix ABG antara academic, business, dan government ini. M. Evan Wiryawan, Senior Manager Production Technology mengatakan saat ini PT. INKA tengah membangun jaringan dan Kerjasama dengan akademisi dan IKM untuk meningkatkan TKDN produk komponen kereta api. “Ini sejalan dengan program kami untuk meningkatkan TKDN, karena untuk beberapa komponen kereta api kami masih impor, semoga ke depan kita dapat bekerja sama untuk kemajuan piramida industri, sektor industri kereta api di Indonesia semakin mandiri dan berdaya saing,” jelas Evan.